Thursday, May 10, 2007

Asal Mula Nama Bogor

Baru-baru ini seorang teman sekelas saya bertanya mengapa nama Buitenzorg yang diberikan oleh Belanda bisa berubah jadi Bogor. Bukankan pelafalannya terdengar jauh berbeda? Berdasarkan beberapa artikel yang say abaca diketahui bahwa, Saleh Danasasmita, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Bogor (1983) menjabarkan beberapa pendapat tentang asal mula nama Bogor.

Pendapat pertama mengatakan bahwa kata Bogor berasal dari patung sapi yang ada di dalam Kebun Raya Bogor. Kata lain untuk sapi adalah baghar atau bagar. Tetapi karena pengaruh kebudayaan Arab maka bunyi Ba oleh lidah Sunda dibaca Bo. Nama Bogor telah ada sebelum Kebun Raya dibuat, sedang patung itu berasal dari kolam kuno Kota Batu yang dipindahkan ke dalam Kebun Raya oleh Dr. Freideriech pada pertengahan abad ke 19. Disinilah letak kelemahan pendapat pertama.

Pendapat kedua mengatakan bahwa lidah orang sunda sulit untuk mengucapkan Buitenzoorg –nama resmi Bogor pada zaman penjajahan Belanda- namun, dugaan ini terlalu dikira-kira, karena berdasarkan gejala bahasa seperti buis (pipa) menjadi bes, borg menjadi boreh, maka orang sunda awam yang asing dengan lafal Belanda akan mengucapkan Buitenzoorg menjadi Betensoreh, bukan Bogor.

Pendapat ketiga meninjau asal nama Bogor ditinjau dari keakraban bunyi antara bokor dengan bogor. Perubahan bunyi "K" menjadi "G" tanpa menimbulkan perubahan arti dapat saja terjadi, contohnya pada kata kumasep dan angkeuhan menjadi gumasep dan anggeuhan. Tapi orang Sunda ternyata tidak mengartikan bokor (sejenis bakul) sama dengan Bogor.

Pendapat ke empat mengungkapkan Bogor sebagai sesuatu yang mencakup semua yang mempunyai hubungan dengan pohon enau (aren) dalam bahasa Sunda disebut pohon Kawung. Menurut seorang ahli bernama Roorda Van Eysinga, Bogor berarti pohon-pohon aren yang telah mati atau mengering.

Sampai sekarang belum ada kesesuaian pendapat para ahli sejarah mengenai asal nama Bogor . Namun umum­nya, para ahli membenarkan pendapat Eysinga tadi, karena di daerah Bogor banyak terdapat penggarapan tanah secara gogo (tidak digenangi air).

Friday, April 27, 2007

Agenda Macet Buat Orang Bogor

Waktu pertama kali kuliah di IPB, saya amat sangat males sekali buat berangkat kuliah (sampe sekarang juga masih males seeh). Bukan males sama kuliahnya, tapi untuk sampai ke IPB ada beberapa ruas jalan macet yang harus dilewati. Walhasil “tejebak macet” adalah agenda tiap hari buat saya dan mungkin sebagian warga Bogor lainnya. Ruas jalan yang macet adalah daerah Pomad, Talang, sekitar jalan baru (karena jalannya rusak parah), terakhir pertigaan Dramaga. Klo semua jalan tadi macet waktu tempuh dari rumah ke IPB bisa sekitar 1.5 - 2 jam. Padahal normalnya hanya 40 menit (dengan angkot). Mending ke Jakarta sekalian kan....

Angkot bukan satu-satunya penyumbang macet. Walau tidak dapat dipungkiri jumlah angkot emang banyak banget. Faktanya, jumlah angkot di Bogor saat ini sudah mencapai 8.000 buah lebih. Padahal quota kebutuhan angkot kota Bogor hanya 3.506 buah. Selain itu, kendaraan pribadi juga terus bertambah, khususnya motor pertumbuhan 4% pertahunnya. Saat ini tercatat ada sekitar 75.000 plat F untuk motor dan 45.000 untuk mobil. Penyebab macet lainnya adalah perilaku supir yang ugal-ugalan dan PKL yang sering kali malah bikin pasar di pinggir jalan. Nah, akibat dari ketidaksiapan prasarana jalan dalam mengahadapi segala permasalahan ini, munculah titik-titik rawan macet di hampir seluruh ruas jalan Bogor. Menurut Kepala Dinas Bapeda kerugian akibat kemacetan di Bogor mencapai 1.54 miliar per hari atau sekitar 554.4 miliar per tahun. Wow.....

photo by : Roni -- Kampoeng Bogor

Wednesday, April 25, 2007

Love Earth

Pasti udah pada tau kan klo tiap tanggal 22 April adalah perayaan Hari Bumi se-dunia. beragam cara yang dapat kita lakukan untuk memperingatinya. Contohnya saja aksi pembuatan Biopor –lubang resapan air- yang diprakarsai oleh Departemen Sosial Lingkungan BEM KM IPB. Acara ini melibatkan 3000 relawan yang terdiri dari mahasiswa, warga , dan juga petugas pemerintahan. Alhasil dibuatlah lebih dari 6000 Biopor. Keren…….

Klo IPB berinisiatif untuk membuat lubang resapan (yang pastinya penuh dengan perhitungan kedalaman lubang dan materi resapan air yang baik, IPB banget gitu……) lain lagi dengan teman-teman dari beragam komunitas di Bogor. Komunitas teater pengamen dan anak jalanan atau Kantong Permen membuat aksi teatrikal di depan tugu kujang. Ga Cuma itu, ada lagi komunitas Kerangka Hijau dan Kampoeng Bogor yang menggelar aksi damai dengan membagikan flyer berisi anjuran untuk menyayangi bumi kita ini.

Yang lebih heboh lagi, temen-temen dari mime street (Anggit... lo musti baca ini) jalan dari warung jambu sampai tugu kujang. Ceritanya mereka sedih banget dengan orang yang kerap melakukan kerusakan trus ngingetin para pejalan kaki agar turut menyayangi bumi. Akhir cerita mereka nanem pohon di pelataran Botani Square. Querennnn banget deh. Salut buat Anggit & temen-temen komunitas.